amboi...indah memang disana, walau belum aku injak telapak ini di pedalaman inggris itu. Si ikal yang pertama membawa aku dengan gambarannya tentang desa tertinggi di Himalaya itu. Diceritakan dibukunya yang ke-3 yang juga merupakan best seller, Andrea mulai berjelajah dengan bahasanya yang imajinatif.
Hal yang paling aku ingat dalam buku ini adalah endingnya. Ketika Ikal akhirnya menemukan Edensor, kota yang menjadi obsesinya. Lebih tepat, implikasi dari obsesinya kepada wanita yang dia cari. Kisah ini mengingatkanku tentang Sang Alkhemist-nya Paulo Coelho. Sebuah point bahwa betapa apa yang kita impi-impikan sebenarnya berada sangat dekat dengan kita, tanpa kita sadari. Ikal justru menemukan endesornya, justru dalam kondisi ”keterpaksaan”, ketika dia harus memilih pindah dari Sobborne, Prancis, ke Sheffied, Inggris. Padahal dalam perjalanan musim dinginnya, Ikal sibuk mencari A Ling, dan tidak menemukan yang dicari.
Namun perjalanannya membawanya kepada perncarian yang sebenarnya, sebuah pesan yang disampaikan A Ling ketika berpisah di Belitong. Saya sempat bertanya-tanya, apa hubungannya Andrea memulai buku ini dengan cerita sahabat ayahnya yang diasingkan karena penyakitnya dan menjadi nelayan. Disana Ikal mendapatkan pelajaran dari langit, sebuah metafora tentang pentingnya pembelajaran dari semesta. Jika ikal belajar dari langit, pepatah kampung halamanku memintaku untuk berguru pada alam. Alam takambang jadi guru, begitulah pesannya.
Terlepas perdebatan benar salah informasi yang disampaikan mengenai kiblat konsep ekonomi, sebagaimana yang sempat dibahas oleh papabumbum di blognya, buat saya buku ini memberikan ilmu baru tentang ilmu ekonomi. Membaca Edensor memaksa saya bertanya kepada om goggle dan mencari berbagai informasi tentang sejarah ekonomi
Dan pesan terdalam yang ku terima, adalah bahwa tidak ada yang sia-sia dalam peristiwa hidup kita. Bahwa sebenarnya Tuhan telah memberikan ”pesan-pesan”-Nya disepanjang hayat kita. Tuhan melepar hidayahnya dimana-mana, dan berikutnya terserah kita apakah kita mampu membaca pesan Tuhan itu, seberapa lebar panca indera kita, pikiran kita, dan hati kita terbuka untuk menerima pesan-pesan-Nya. Banyak sekali fragmen dalam buku ini yang menjelaskan korelasi antara sebuah peristiwa yang pernah terjadi di masa lalu ikal dan ternyata benar-benar ternjadi dimasa depan. Tentang penemuannya kota Edensor, tentang pertemuan Andrea Hirata dengan Andrea, (nama Andrea Hirata yang dikutip dari nama seorang tokoh di italy tersebut), tentang peristiwa ilmu belajar dari langit yang diajarkan teman ayahnya, yang sangat membantu ikal pada saat ia lost in russia. Dan banyak peristiwa lainnya.
Intinya, Edensor sebagaimana buku sebelumnya, layak dikoleksi
Ini Edensor-ku yang tak pernah aku temukan sebelumnya...
Ini Kebesaran-Mu yang tak aku ketahui sebelumnya...
Sempat terpejam melihat megah itu berwarna,
berkabut, tapi tak dingin disana...
Ah senang memang jika itu terwujudkan...
Akmal aku bicara pada kuasa-Mu...
Andai itu tak beranggai, pasti kan terkabulkan.
Ini Edensor-ku...yang memang bukan tempatku.
tapi sihiran itu menggoda...
seakan ia tau aku ingin kesana....
Indah terlukis puluhan dimensi, fragmatis, eksotis...
ah...tak indah kata-kata itu selain apa yang digambarkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar