Senin, 04 Juni 2012

Kebiasaan Makan yang ada di Masyarakat dan Pengaruhnya Pada Status Gizi Seseorang


Dewasanya, masyarakat Indonesia sebagian besarnya merupakan masyarakat yang berpotensi tinggi seharusnya, karena mereka didukung oleh sumber daya alam yang tinggi pula yang Indonesia miliki. Tapi sebaliknya, masyarakat kita umumnya tidak mampu mengolah secara maksimal apa yang sudah diberikan alam.
            Bukan alam yang bergantung pada tangan-tangan mereka untuk di olah, dikembangkan dan dilestarikan, tetapi sebaliknya sebagian besar masyarakat kitalah yang bergantung pada alam. Makanan misalnya.
Bagi mereka yang tidak mempunyai pekerjaan, yang berpendapatan rendah dan yang tak mampu mencukupi kebutuhannya, mereka terpaksa memanfaatkan yang tersedia di alam saja, tanpa memikirkan nila gizi yang terkandung didalamnya. Tak ada asupan yang memadai untuk kebutuhan tubuhnya. Hanya ala kadarnya saja. Dari sanalah lahir sebuah kebiasaan makan yang dapat mempengaruhi status gizi seseorang. Maka dari itu, disusun makalah ini unutk mengetahui bagaimana kebiasaan dapat mempengaruhi status gizi seseorang ditinjau dari sudut pandang sosioantropologinya.
Kebiasaan makan diartikan sebagai cara individu atau kelompok individu memilih pangan dan mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologik, psikologik, sosial dan budaya (Suhardjo, 1989 : 179) dan (Latham, 1997). Kebiasaan makan keluarga dan susunan hidangannya merupakan salah satu manifestasi kebudayaan keluarga. Perilaku anggota rumah tangga mengkonsumsi makanan mencerminkan kebiasaan makan. Kebiasaan makan dapat dinilai dari frekuensi konsumsi sayur, buah, makanan sumber protein hewani dan nabati dalam seminggu terakhir (Atmarita dan Fallah, 2004 : 149).
Suhardjo (1989 : 125), susunan hidangan merupakan hasil manifestasi proses belajar. Proses belajar ini akan menghasilkan kebiasaan makan dan hal ini akan berlangsung seumur hidup. Hal ini yang menyebabkan kebiasaan makan dan susunan hidangan sangat kuat bertahan terhadap berbagai pengaruh yang mungkin dapat mengubahnya. Kebiasaan makan keluarga dan susunan hidangan merupakan salah satu manifestasi kebudayaan keluarga yang disebut dengan gaya hidup (lifestyle).
Kebiasaan makan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi pangan. Kebiasaan makan dalam rumah tangga perlu diperhatian karena kebiasaan makan mempengaruhi pemilihan dan penggunaan pangan, dan selanjutnya mempengaruhi kualitas makanan rumah tangga (Pramudya, 1991).
Kebiasaan makan dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk pendapatan. Hasil penelitian Windyastuti (2004 : 7) menunjukkan ada hubungan antara pendapatan dengan kebiasaan makan (p = 0,015 ; r = 0,313). Hal ini berarti pendapatan keluarga yang tinggi akan memberikan kontribusi yang bersifat positif terhadap kebiasaan makan keluarga. Hal ini juga tentunya akan berpengaruh terhadap status gizi.
Suhardjo (1989 : 144) menjelaskan bahwa kebiasaan makan dapat dinilai dengan dua cara yaitu :
(1) Pengamatan berpartisipasi sebagai metode ilmiah
Pengamatan berpartisipasi adalah metode antropologi untuk mengadakan kontak yang lama, intensif dan bervariasi dengan orang-orang lain serta pendapat-pendapat mereka. Pendekatan ini mempunyai tiga tujuan pokok yaitu :
(a)    pengembangan pengertian intensif terhadap kebudayaan lain,
(b)   pengumpulan data yang akurat, dan
(c)    pembentukan perspektif yang menyeluruh.


(2) Metode Survei
Penelitian survei sifatnya lebih formal daripada penelitian berpartisipasi. Biasanya dalam penelitian survei jawaban respon dapat mempunyai dua bentuk yaitu:
(a)    Tidak sistematis, artinya sebelumnya jawaban tidak dibagi dalam kategori yang tetap atau disebut juga dengan wawancara tidak terstruktur.
(b)   Sistematis, artinya jawaban responden sudah dibagi dalam kategori yang tetap atau disebut juga dengan wawancara terstruktur.

Dari penjelasan diatas, kebiasaan makan di masyarakat sangat mempengaruhi status gizi masyarakat itu sendiri. Sebagai contoh, disuatu keluarga yang pendapatannya disa dikatakan masih dibawah rata-rata, mereka mengkonsumsi apa yang mampu mereka beli dengan pendapatan yang mereka dapat tanpa memperdulikan nilai gizi yang terkandung dalam makanan tersebut.
Dalam sumber lain disebutkan bahwa Preferensi terhadap makanan merupakan sikap seseorang untuk suka atau tidak suka terhadap makanan (Suhardjo, 1989 : 186). Preferensi terhadap makanan dipengaruhi oleh antara lain sifat organoleptik makanan, metode persiapan makanan, penyerapanan makanan dan ketersediaan makanan, selain itu juga dipengaruhi oleh pendapatan (Sanjur, 1995) dan (Drewnowsk, 1999). Menurut Elizabeth dan Sanjur (1981) dalam Suhardjo (1989 : 186) ada tiga faktor utama yang mempengaruhi konsumsi pangan yaitu :
a)      karakteristik indvidu,
b)      karakteristik makanan/pangan, dan
c)      karakteristik lingkungan.
Ketiga faktor tersebut akan mempengaruhi prefrensi seseorang terhadap makanan yang akhirnya akan mempengaruhi konsumsi pangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar