Dewasanya,
masyarakat Indonesia sebagian besarnya merupakan masyarakat yang berpotensi
tinggi seharusnya, karena mereka didukung oleh sumber daya alam yang tinggi
pula yang Indonesia miliki. Tapi sebaliknya, masyarakat kita umumnya tidak
mampu mengolah secara maksimal apa yang sudah diberikan alam.
Bukan alam yang bergantung pada
tangan-tangan mereka untuk di olah, dikembangkan dan dilestarikan, tetapi
sebaliknya sebagian besar masyarakat kitalah yang bergantung pada alam. Makanan
misalnya.
Bagi
mereka yang tidak mempunyai pekerjaan, yang berpendapatan rendah dan yang tak
mampu mencukupi kebutuhannya, mereka terpaksa memanfaatkan yang tersedia di
alam saja, tanpa memikirkan nila gizi yang terkandung didalamnya. Tak ada
asupan yang memadai untuk kebutuhan tubuhnya. Hanya ala kadarnya saja. Dari
sanalah lahir sebuah kebiasaan makan yang dapat mempengaruhi status gizi
seseorang. Maka dari itu, disusun makalah ini unutk mengetahui bagaimana
kebiasaan dapat mempengaruhi status gizi seseorang ditinjau dari sudut pandang
sosioantropologinya.
Kebiasaan
makan diartikan sebagai cara individu atau kelompok individu memilih pangan dan
mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologik, psikologik, sosial
dan budaya (Suhardjo, 1989 : 179) dan (Latham, 1997). Kebiasaan makan keluarga
dan susunan hidangannya merupakan salah satu manifestasi kebudayaan keluarga. Perilaku
anggota rumah tangga mengkonsumsi makanan mencerminkan kebiasaan makan.
Kebiasaan makan dapat dinilai dari frekuensi konsumsi sayur, buah, makanan
sumber protein hewani dan nabati dalam seminggu terakhir (Atmarita dan Fallah,
2004 : 149).
Suhardjo
(1989 : 125), susunan hidangan merupakan hasil manifestasi proses belajar.
Proses belajar ini akan menghasilkan kebiasaan makan dan hal ini akan
berlangsung seumur hidup. Hal ini yang menyebabkan kebiasaan makan dan susunan
hidangan sangat kuat bertahan terhadap berbagai pengaruh yang mungkin dapat
mengubahnya. Kebiasaan makan keluarga dan susunan hidangan merupakan salah satu
manifestasi kebudayaan keluarga yang disebut dengan gaya hidup (lifestyle).
Kebiasaan makan
merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi pangan.
Kebiasaan makan dalam rumah tangga perlu diperhatian karena kebiasaan makan
mempengaruhi pemilihan dan penggunaan pangan, dan selanjutnya mempengaruhi kualitas
makanan rumah tangga (Pramudya, 1991).
Kebiasaan
makan dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk pendapatan. Hasil penelitian
Windyastuti (2004 : 7) menunjukkan ada hubungan antara pendapatan dengan
kebiasaan makan (p = 0,015 ; r = 0,313). Hal ini berarti pendapatan keluarga
yang tinggi akan memberikan kontribusi yang bersifat positif terhadap kebiasaan
makan keluarga. Hal ini juga tentunya akan berpengaruh terhadap status gizi.
Suhardjo
(1989 : 144) menjelaskan bahwa kebiasaan makan dapat dinilai dengan dua cara
yaitu :
(1) Pengamatan berpartisipasi sebagai metode
ilmiah
Pengamatan
berpartisipasi adalah metode antropologi untuk mengadakan kontak yang lama,
intensif dan bervariasi dengan orang-orang lain serta pendapat-pendapat mereka.
Pendekatan ini mempunyai tiga tujuan pokok yaitu :
(a) pengembangan
pengertian intensif terhadap kebudayaan lain,
(b) pengumpulan
data yang akurat, dan
(c) pembentukan
perspektif yang menyeluruh.
(2)
Metode Survei
Penelitian survei sifatnya lebih formal daripada
penelitian berpartisipasi. Biasanya dalam penelitian survei jawaban respon
dapat mempunyai dua bentuk yaitu:
(a) Tidak
sistematis, artinya sebelumnya jawaban tidak dibagi dalam kategori yang tetap
atau disebut juga dengan wawancara tidak terstruktur.
(b) Sistematis,
artinya jawaban responden sudah dibagi dalam kategori yang tetap atau disebut
juga dengan wawancara terstruktur.
Dari
penjelasan diatas, kebiasaan makan di masyarakat sangat mempengaruhi status
gizi masyarakat itu sendiri. Sebagai contoh, disuatu keluarga yang pendapatannya
disa dikatakan masih dibawah rata-rata, mereka mengkonsumsi apa yang mampu
mereka beli dengan pendapatan yang mereka dapat tanpa memperdulikan nilai gizi
yang terkandung dalam makanan tersebut.
Dalam sumber lain disebutkan bahwa
Preferensi terhadap makanan merupakan sikap seseorang untuk suka atau tidak
suka terhadap makanan (Suhardjo, 1989 : 186). Preferensi terhadap makanan
dipengaruhi oleh antara lain sifat organoleptik makanan, metode persiapan
makanan, penyerapanan makanan dan ketersediaan makanan, selain itu juga
dipengaruhi oleh pendapatan (Sanjur, 1995) dan (Drewnowsk, 1999). Menurut
Elizabeth dan Sanjur (1981) dalam Suhardjo (1989 : 186) ada tiga faktor utama
yang mempengaruhi konsumsi pangan yaitu :
a) karakteristik
indvidu,
b) karakteristik
makanan/pangan, dan
c) karakteristik
lingkungan.
Ketiga
faktor tersebut akan mempengaruhi prefrensi seseorang terhadap makanan yang
akhirnya akan mempengaruhi konsumsi pangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar